Kamis, 02 November 2017

Berawal dari istriku, kemudian diriku (part 2)

"Apa itu Bill dengan John?," Kata pria itu.

Aku mendorong istriku kesamping dengan kasar dan menghampiri pria itu.

"Apa yang kau lakukan pada istriku, brengsek!" Aku berteriak, lalu aku berlari mendekatinya dan aku sudah ancang ancang untuk memukulnya. Ketika aku berhadapan dengannya, dia hanya menatapku dengan senyum lalu memukul perutku dengan kuat. Aku langsung terjatuh.

"Bangunlah pecundang," Kata orang itu.

Aku bangun tetapi tidak bisa apa-apa. Aku takut. Aku tidak dapat bergerak. Dia memegang kerah bajuku dan berkata, "Aku telah menyetubuhi istimu, mau apa kau?"

Rasanya aku ingin berkata, "Aku akan membunuhmu." Tapi mulutku seperti membisu. Aku menatapnya dengan penuh rasa takut. Aku tidak tau kenapa tetapi aku hanya berdiri seperti seorang pecundang. Seharusnya aku melawan. Saat itu yang terlintas dikepalaku adalah memori saat masa kecilku dimana aku tidak bisa melawan anak anak nakal yang bertubuh besar. Tetapi ini berbeda, tubuhnya tidak lebih besar dariku, tetapi rasa trauma ini membuatku menjadi lemah. Ingatanku dulu ketika diganggu oleh anak nakal, aku hanya bisa berharap mendapat ampunan, meskipun kemudian ayahku mendidikku menjadi lebih tangguh. Aku tidak pernah lagi menangis, setidaknya hingga hari ini.

Orang itu menertawakanku. "Kau mau apa hah?" dia bertanya. Karena aku tidak menjawab, maka dia kembali tertawa "Sudah kuduga." Bukannya mengampuniku karena kasihan, dia malah kembali memukulku hingga aku pingsan.

Ketika aku terbangun, aku mendapati tubuhku terikat di kursi. Aku telanjang dan kakiku terlentang, kedua kakiku terikat dengan kaki depan kursi yang kududuki. Perutku terikat dengan kursi dan tanganku terikat dibelakang. Istriku berdiri disampingku mengenakan pakaian maid yang tadi. Pria yang memukulku juga ada di ruangan menatapku, tapi kini dia tidak sendiri, ada dua pria dengan tubuh lebih besar dan kekar di sampingnya.

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya. "Dimana pakaianku?" Aku malu karena mereka melihat penisku yang kecil, tetapi rasa maluku tidak lebih besar dibanding rasa takutku. "Apa yang akan kalian lakukan padaku?"

"Jadi ini suami si pelacur itu?" kata salah satu pria yang berbadan kekar. "Apa dia membuat masalah, Steve?"

"Tidak, dia banci, dia bahkan tidak melawan sama sekali," Jawab pria yang membuatku pingsan.

Lalu semua pria itu tertawa.

"Kumohon lepaskan aku," Kataku. Aku harus memberi tawaran. Tetapi aku tidak memiliki apapun untuk ditawarkan. Pria yang paling kecil membuatku pingsan dan kini bertambah dua orang yang jauh lebih kekar. Selain itu aku terikat di kursi. Aku benar benar tak berdaya seperti seorang bayi. Telanjang seperti bayi. Kenapa aku ditelanjangi? Apa mereka akan memerkosaku? Aku tidak tahu seberapa mesumnya pria-pria itu. Aku memohon kembali "Kumohon." "Aku tidak akan menyebabkan masalah lagi" Aku tau kalau istriku sedang melihatku. Aku benar-benar dipermalukan didepannya. Bagaimana aku bisa menatap matanya lagi? Apa dia masih menganggapku sebagai laki-laki? Aku berusaha sok tegar. "Dengarkan aku berengsek, lepaskan aku dan aku tidak akan melakukan apapun pada kalian."

Pria berotot yang dari tadi diam bergerak mendekatiku dan menendang perutku. Aku tidak dapat bernafas. Air mataku keluar. Aku berusaha keras agar tidak menangis, tetapi salah satu dari mereka menyadari air mataku.

"Benarkan kataku, dia banci," Kata si pria kecil yang namanya Steve sambil tertawa.

Pria berotot tadi menendang perutku lagi. Dia bahkan tidak memberiku waktu untuk bernafas. saat itu istriku hanya bisa berdiri seperti patung. Dia bahkan tidak membujuk pria-pria itu untuk membiarkanku pergi. Karena aku kesulitan bernafas, yang dapat kukatakan hanyalah "stop."

"Lalu bagaimana?" Kata steve.

"Kumohon." kataku. Meskipun rasa maluku sangat besar, rasa takutku jauh lebih besar. Istriku melihatku dengan tatapan yang seolah merasa jijik. Beraninya dia. Ini semua salahnya. Dia tau kalau aku bukan tandingan mereka. Apa yang harus kulakukan?

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku menyuruh temanku ini berhenti menendangmu?" Tanya Steve.

Aku memutar otak. Aku berusaha untuk memberikan jawaban yang licik dan berani. "Aku akan pergi dari sini dan tidak akan memberitahu polisi." Jawabku

"Kurang memuaskan," kata Steve. Dia menganggukkan kepala memberi kode pada salah satu pria kekar tadi. Dan dia langsung menendangku lagi. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku bahkan sulit bernafas. Seluruh tubuhku merasakan sakit yang luar biasa. Hidupku terancam. Memalukan atau tidak, yang penting aku harus selamat. Setelah aku berusaha mengambil nafas, aku mengangkat kepalaku dan berkata, "Apa yang kau mau dariku?"

Steve tertawa dan membisikkan sesuatu ke teman-temannya dan kepada istriku. "Katakan pada semuanya betapa bancinya dirimu," katanya. Aku tidak mau, aku tidak bisa melakukannya. Sepanjang hidupku aku menjauhi perilaku banci dan sekarang bajingan ini menyuruhku berkata kalau aku banci. Steve menganggukkan kepalanya lagi memberi kode untuk memukulku. Aku ketakutan. Tanpa berpikir panjang aku berkata, "Aku banci."

Semua orang tertawa, bahkan Sarah juga tertawa. Meskipun aku mencoba mengatur emosiku, aku tetap tidak dapat menahan tangis. Steve terlihat puas dengan yang telah kulakukan. Dia meminta istriku untuk melepakan ikatanku. Setidaknya mimpi buruk ini sudah berakhir. Mereka akan melepaskanku.

Setelah istriku melepas ikatanku, aku mencari pakaianku. Pakaian dalamku, bajuku, dan celana jeans ku berada di dekat kasur di ruangan itu. Aku berjalan ke arah pakaianku, tetapi salah satu pria tadi menghentikanku. Aku menatap Steve dengan heran. "Sudah kukatakan kalau aku tidak akan berulah," Kataku.

"Kau perlu mendapat hukuman karena sifat bancimu itu," kata Steve

Steve menghadap ke Sarah dan berkata, "Bersiaplah untuk mencukur banci ini, sisakan rambut di kepalanya dan alisnya saja." Sarah berjalan keluar kamar. Aku kebingungan. Merasakan tubuhku terikat telanjang di kursi saja sudah cukup aneh. Tetapi ini jauh lebih aneh. Apa yang bajingan ini inginkan dariku? Aku berusaha mengambil bajuku lagi, tetapi pria kekar itu dengan mudah mendorongku.

"Kumohon," Aku berkata sambil ketakutan. "Biarkan aku pergi." "Kau bisa ambil istriku." Dua pria berotot itu memegang kedua tanganku. Aku terjebak. Rasa takut yang sekarang kurasakan adalah yang paling parah seumur hidupku. Seluruh tubuhku terasa lemas. Sambil tersedu, aku bertanya "Apa yang kalian rencanakan padaku?" Tetapi tidak ada yang menjawab.

Istriku muncul kembali, kini dia membawa alat pencukur rambut, krim pencukur, sebaskom air dan handuk. Dia melangkah mendekatiku. Aku mencoba menghindar, tetapi dua pria berotot ini menahanku. Aku memohon pada istriku, tetapi dia tidak peduli dan tetap mendekatiku dengan alat cukur dan krim pencukur.

Steve menatap mataku dan berkata, "Jika kau tidak diam, aku akan memotong penis kecilmu itu."

Aku merasa kalau si berengsek ini benar-benar tega untuk melakukannya. Jadi aku hanya bisa mematuhi perintahnya. Kedua pria tadi melepaskanku dan istriku mencukur rambut di wajah dan tubuhku dan aku hanya bisa berdiri pasrah dengan terhina dan ketakutan. Tidak lama kemudian seluruh rambut di tubuhku hilang.

Setelah seluruh rambutku dicukur, Steve berkata "kau bau, mandi sana." Kalimat ini sepertinya lucu bagi pria-pria di ruangan itu, dan mereka pun tidak dapat menahan tawa. Sedangkan aku, tidak tau sama sekali dimana lucunya.

Istriku menarik tanganku dengan lembut dan menuntunku ke kamar mandi. Tiga pria tadi mengikutiku tetapi tidak ikut masuk ke kamar mandi. Sarah pun menutup pintu kamar mandi.

Ini kesempatan pertamaku dapat berdua dengan Sarah. "Kau harus menolongku," Aku berbisik karena takut pria pria tadi mendengar ucapanku.

"Aku tidak bisa," Katanya.

Jawabannya membuatku sangat marah sampai membuatku lupa kalau didepan pintu ada tiga pria yang bisa mendengar omonganku. "Dasar jalang, apa maksudmu tidak dapat membantuku?"

Sarah terlihat malu akan dirinya sendiri tetapi tidak menjawab pertanyaanku. Dia kemudian menyalakan keran untuk mengisi bak mandi.

"Apa saja yang telah kau lakukan dengan si brengsek itu, dasar wanita murahan." "Jawab aku pelacur." Kataku dengan marah.

Dia tidak membalas. Dia memasukkan sabun merah muda kedalam bak mandi dan membuatnya berbusa.

"Sebaiknya kau segera mandi atau mereka akan menghajarmu lebih parah lagi," Katanya.

Aku jadi takut lagi. Aku tau mereka bisa saja membunuhku atau melakukan hal yang lebih buruk, jadi aku masuk ke dalam bak mandi dan mulai menggosok tubuhku dengan air yang sudah berbusa ini. Aroma sabunnya sangat manis.

"Kukira kau bekerja di kantor," Aku berkata dengan lirih.

"Memang," jawabnya dengan lirih juga. "Aku mencoba lowongan pekerjaan sebagai sekretaris." "Ketika aku wawancara, Steve menanyakan pengalamanku." "Ya kujawab kalau aku adalah ibu rumah tangga dan tidak memiliki pengalaman apapun sebagai sekretaris." "Dia kemudian menatap tubuhku dan bertanya tentang pengalaman seksualku." "Aku dibodohi, tetapi kita butuh uang, jadi kujawab kalau kau adalah satu-satunya pria yang pernah tidur denganku." "Dia tersenyum dan menerimaku menjadi sekretaris." "Awalnya pekerjaanku seperti sekretaris pada umumnya." "Tetapi lama kelamaan, Steve menyuruhku memakai pakaian yang seksi saat bekerja." "Karena saat itu kita butuh uang, jadi aku menerima saja." "Kemudian dia mulai mengajakku untuk berjalan-jalan di akhir pekan bersamanya." "Aku setuju, kau tau kita butuh uang." "Pada satu ketika saat perjalanan dia menggodaku." "Awalnya hanya belaian lalu mulai mencium dan akhirnya kami bercinta."

"Dasar pelacur," Kataku, "Jika aku berhasil keluar dari rumah ini, aku akan segera menceraikanmu" Aku mulai menangis lagi setelah Sarah selesai menceritakan pengalamannya.

"Awalnya aku juga tidak menyukainya. tetapi dia jauh lebih besar daripada milikmu, dan dia tau cara melakukan yang terbaik." "Kaulah satu-satunya pria sebelum dirinya." "Suatu hari aku melakukan kesalahan dengan mengatakan betapa nikmatnya berhubungan seksual dengannya dan betapa kusuka melakukannya." "Inilah awal mulanya aku dipermalukan dan dipaksa bercinta dengan pria lain." " Sepertinya Steve merupakan bagian dari sebuah perkumpulan yang sering mengubah wanita baik-baik menjadi pelacur jalang."

"Kau menuruti semua perintah mereka, dasar pelacur kotor"

Sarah menutup matanya dan memperlihatkan ekspresi nafsu yang tidak pernah kulihat sebelumnya. "Rasanya sungguh nikmat," katanya, "Ini aneh, tetapi aku menikmati jadi perempuan yang tunduk." "Sekarang aku menuruti apapun yang diperintahkan oleh Steve." "Ketika aku bercerita padanya kalau kau mulai impoten, Steve menyuruhku untuk memintamu bercinta lalu mengejekmu."

Aku tidak percaya kalau istriku sendiri telah menghianatiku. Aku bahkan tidak bisa berkata-kata merespon ceritanya.

"Apa yang membuat kalian berdua sangat lama?" Kata Steve dari luar kamar mandi.

"Cepatlah," kata Sarah. Dia memberiku handuk. Lalu aku mengeringkan tubuhku dan terkejut betapa lembut dan mulusnya kulitku sekarang tanpa rambut sehelaipun.

Steve membuka pintu kamar mandi. "Ayolah, kenapa lama sekali." "Keluar sekarang juga."

Kita segera melakukan apa yang dia perintahkan. Steve menanyakan istriku apa yang baru saja terjadi didalam. Dan aku terkejut saat Sarah benar-benar menceritakan semuanya.

"Banci ini memanggilmu apa tadi?" tanya Steve.

"Dia menyebutku pelacur dan jalang," kata Sarah.

"Oh benarkah," Steve tersenyum. "Kalian berdua masuklah ke kamar."

Aku tidak punya lagi kekuatan untuk melawan. Istriku telah benar-benar menghianatiku. Rasanya seperti sudah tidak ada lagi hal yang lebih buruk dari ini. Tetapi aku salah.

Kami menuju kamar seperti yang diperintahkan, dan Steve bersama dua pria berotot tadi mengikuti kami. Tanpa melihat apapun, Steve menyuruh istriku melepas semua bajunya. Diapun menurutinya dan melepaskan semua pakaian maid yang dia pakai dan kemudian melepas celana dalam bermotif bunga, bra dan high heels yang dia kenakan juga. Karena ketakutan, aku tidak berkata dan melakukan apapun.

"Pakai celana dalam itu banci," Kata Steve.

1 komentar:

  1. Wah update lagi
    Terima kasih ya telah update cerita nya lagi
    Semoga kamu sehat selalu

    BalasHapus