Kamis, 23 November 2017

Berawal dari istriku, kemudian diriku (part 5)

Kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah rumah dua lantai. Ketika memasuki rumah, salah satu pria berotot itu menyiapkan kamera. Dia mulai mengambil gambarku. Steve memintaku untuk melepas bajuku. "Kapankah mereka berakhir mempermalukanku" Pikirku. Aku kemudian melepaskan bajuku dengan cepat, tetapi steve memintaku untuk melepas bajuku dengan perlahan sambil melakukan gerakan strp tease ke arah kamera. Lagi lagi aku hanya bisa menurut. AKu benar benar malu. Tiga laki laki itu terlihat ereksi melihatku, dan yang terburuk adalah, istriku juga melihatku dipermalukan. AKu tau bahwa aku tidak akan pernah lagi dianggap sebagai pria dimatanya.

Setelah aku melepas seluruh pakaianku, steve memberiku majalah playgirl yang baru saja kubeli.

"Lihatlah majalah itu sambil meraba tubuhmu sendiri, terutama di bagian pribadimu" Perintah Steve

"Aku tidak bisa, kumohon, apakah masih belum cukup bagimu?" kataku memohon

"Kembali ke klinik?" Kata steve

"TIDAK!" Aku menjawab dan akhirnya menuruti perintah steve. Aku mulai meremas payudaraku sambil membalik halaman majalah. Aku merasa nikmat karena payudaraku yang sangat sensitif, namun merasakan ini sambil melihat foto pria telanjang membuatku merasa jijik. AKu ingin lari, aku melihat ke arah Sarah berharap ada pertolongan darinya, namun dia justru tersenyum ke arahku seolah menikmati.

Steve memberiku dildo dan menyuruhku menjilatnya. Aku kembali protes.

"Sepertinya dia menginginkan penis yang sungguhan" Kata salah satu pria berotot.

Karena tidak ingin merasakan penis sungguhan, aku mulai menjilat dildo itu. Aku kemudian diminta memasukkan dildo itu ke mulutku. Pria berotot itu terus mengarahkan kamera ke arahku. Hal yang membuatku takut yaitu menjadi bintang film dewasa sepertinya akan benar benar terjadi.

"Sekarang masukkan benda itu ke anusmu sedalam mungkin" Aku hanya bisa menurut. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku harus melakukannya untuk menyelamatkan penisku. Rasanya sangat sakit.

"Lemaskan ototmu sayang," Kata Steve. Aku mencobanya dan ternyata cukup membantu. Tetapi masih sakit.

"Sekarang balik halaman majalahnya dan lanjutkan bermain dengan dildo itu" Sekali lagi aku menurutinya. Aku memasukkan dildo itu ke dalam anusku lagi dan lagi sambil memandang pria telanjang di majalah itu. Meskipun aku tidak menyukainya, aku mulai merasa terangsang karena bagian sensitifku terstimulus. Ditambah lagi dengan hormon wanita di tubuhku ini membuatku semakin merasa nikmat. Ini pertama kalinya aku merasa nikmat, kenikmatan yang muncul karena sebuah penis yang memasuki tubuhku, meskipun hanya penis tiruan. Aku tidak dapat menahan lagi hingga akhirnya aku mulai mendesah nikmat.

"Sepertinya dia menikmati dildo itu," Kata orang yang memegang kamera

"TIdak, dia menikmati foto pria telanjang di majalah," Kata pria berotot yang lain.

Mereka semua tertawa, termasuk istriku. aku ejakulasi karena dildo itu. John berbicara pada pria berotot yang ada di sebelahnya. Kemudian pria itu keluar ruangan lalu kembali sambil membawa satu toples penuh cairan sperma. Dia kemudian membuka tutupnya dan meletakkan di sebelahku.

"Sebenarnya aku menyimpan itu untuk istrimu, tetapi kurasa kau lebih pantas menerimanya, celupkan dildo itu ke dalamnya lalu masukkan kedalam mulutmu" Kata steve

"Tidak," Kataku. AKu tidak akan bisa menjilat sperma. Aku tidak akan pernah melakukannya.

Salah satu pria berotot tadi kemudian membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya. "Dia ingin meminumnya langsung dari sumber sepertinya"

"Kumohon jangan" Kataku

"Lakukan seperti yang kuperintah sekarang juga" Kata steve

Lalu aku melakukannya. Aku mencelupkan dildo itu kedalam cairan sperma dan menjilat cairan asin itu.

"Lihatlah ke arah kamera dan lakukan seolah kau menikmatinya" Perintah steve lagi

Aku tersenyum menggoda sambil mencelupkan dildo itu kemudian aku menjilatnya lagi sambil melihat ke arah kamera. Aku mengulanginya lagi sekitar tiga kali. Tiap kali aku melakukannya sambil menghadap kamera. Tiap kali juga aku menjadi terbiasa dengan rasa sperma.

"Sekarang minumlah seluruhnya yang ada di toples"

Aku benci karena tidak berdaya dihadapan pria pria itu, dan aku akhirnya meminum seluruh sperma itu. Aku bahkan menjilat toplesnya sampai tidak bersisa. Bahkan di film porno, aku tidak pernah melihat aksi se ekstrim itu. Aku bertingkah seperti pelacur kelas satu. Setelah semua yang kulakukan ini, ternyata masih belum selesai mereka mempermalukanku. Setelah tetes terakhir sperma telah habis, steve memiliki rencana baru untukku.


=====================================================================
Kira kira perlu dilanjutin gak ya ceritanya? hehe

Kamis, 16 November 2017

Berawal dari istriku, kemudian diriku (part 4)

Istriku meninggalkanku sendiri di kamar mandi untuk beberapa saat, memberiku kesempatan untukku merenung. Beberapa bulan yang lalu, aku adalah seorang pria normal, sekarang aku memiliki dada dan pantat yang besar dan seksi yang dapat menarik perhatian setiap lelaki hanya dengan berjalan. Rambut hitam panjangku juga sangat feminim. Wajahku juga berubah, hidungku lebih kecil dan bibirku lebih berisi. Aku memiliki suara wanita dan tubuhku memproduksi hormon wanita dengan konstan. Aku tidak mengenali diriku lagi jika melihat cermin, yang kulihat hanyalah seorang wanita cantik. Hanya penis dan testisku saja yang dapat menunjukkan kalau aku adalah laki-laki.

Jika kalian melihatku, Aku terlihat seperti wanita biasa. Dan, Aku lebih cantik dari istriku sendiri! Diriku yang dulu tidak akan bisa mendapatkan gadis secantik diriku yang sekarang. Aku yang dulu hanya bisa menghayal tentang wanita cantik. Dulu, aku hanya bisa melihat gadis telanjang yang cantik dengan tubuh yang sempurna di film porno. Aku tidak pernah membayangkan untuk menjadi perempuan bahkan di imajinasi terliarku. Terutama menjadi wanita yang seksi. AKu menyadari bahwa dengan tubuhku yang sekarang, aku dapat menjadi bintang porno yang sensasional. Akan sangat mudah untuk menggoda seluruh pria yang ada. Hal hal tersebut membuatku menangis ketakutan. Aku bukan hanya bersedih, namun benar benar menangis. Aku merasa lebih baik mati. Tetapi apa yang telah dididik orangtuaku selama ini membuatku tidak dapat bunuh diri. AKu tau bunuh diri hanya akan membawaku ke penderitaan di neraka. Jadi aku tidak dapat membunuh diriku sendiri.

Beberapa menit kemudian, istriku kembali dan membawa gaun, pantyhose, dan heels. Dia memintaku untuk memperbaiki make up ku lagi dan aku melakukannya. Aku memakai pantyhose sesuai yang dia minta. Kemudian kupakai gaun pink dan sepatunya. Seminggu yang lalu, aku tidak pernah terbayang akan memakai pakaian perempuan, bahkan sekedar celana perempuan, dan sekarang inilah aku dengan gaun merah muda. Diriku yang sekarang benar benar memiliki tubuh wanita yang sempurna. Istiku kemudian memberiku sepasang anting anting, gelang dan kalung. Ini pertama kalinya aku menyadari bahwa telingaku sudah ditindik. Diriku yang dulu tidak pernah memakai perhiasan kecuali jam tangan. Tetapi sekarang sudah berbeda.

Ketika kami keluar dari kamar mandi, lelaki berotot itu melihatku dengan tersenyum. Bahkan aku melihat salah satu pria itu ereksi. Aku merasa jijik melihat selangkangannya yang tiba tiba menonjol.

"Aku tau kau memandang penis temanku kan?" Kata Steve "APa kau ingin merasakannya?"

"TIDAK!" Teriakku.

Steve tersenyum, "Kau kemarin menyebut istrimu pelacur jalang, sekarang aku memutuskan untuk membuatmu menjadi pelacur jalang juga"

AKu takut dengan apa yang dia katakan. Apa dia berniat membuatku menghisap penis pria berotot itu? Atau lebih buruk lagi dia berniat memotong penisku. AKu rela melakukan apapun demi mempertahankan penisku.

"Kumohon jangan potong penisku."

"Itu tergantung perilakumu, waktunya pergi" Kata Steve

Dua pria berotot menyeretku ke mobil. Rasanya aneh berjalan dengan tubuh baruku ini, dada dan pantatku terasa memantul. Sarah duduk di kursi depan disamping Steve yang menyetir mobil.

Setelah beberapa menit berjalan, kami sampai di sebuah toko dewasa yang biasa kudatangi di jam makan siang ketika kerja. Steve menoleh ke arahku dan memberiku uang.

"Pergilah ke toko itu, dan beli dildo paling besar dan majalah playgirl," Kata Steve

Aku tidak percaya dia memintaku melakukan itu. Itu berlebihan. "Aku tidak bisa," Kataku ketakutan "Aku sering kesini, kasir itu mungkin mengenaliku"

"Sudah kuduga dia benar benar jalang" Kata salah satu pria berotot ke arahku.

"Jika kau tidak menurut, kita akan kembali ke klinik" Ancam Steve

Aku tau ancamannya benar benar serius, aku tidak punya pilihan lain. "Kumohon jangan kembali ke klinik"

"Kalau begitu pergilah ke toko itu"

Akhirnya aku mengambil uangnya dan memasuki toko dewasa tersebut. Secara sekejap, seluruh pasang mata pria yang ada di dalam toko mengarah padaku. Bagian majalah ada di bagian belakang toko, jadi aku harus berjalan ke belakang. Seluruh mata pria menatapku berjalan. Aku tau mereka pasti menikmati pemandangan ini karena aku juga pernah merasakan.

Aku sudah menemukan majalah playgirl dan mengambilnya kemudian aku berjalan lagi ke kasir. Ketika aku berjalan, ada pria yang memberikan gerakan gerakan mesum yang ditujukan padaku. Wajahku memerah dan aku segera memalingkan wajahku. TIngkahku ini justru membuatnya semakin tertarik padaku dan mendekatiku.

Seorang wanita cantik memasuki toko dewasa tentunya akan membuat pria penasaran. Ditambah lagi wajahku yang memerah dan aku yang terlihat salah tingkah membuatku terlihat semakin feminim. Di matanya, aku pasti terlihat seperti wanita jalang. Aku jadi takut merasakan seluruh pria di ruangan ini pasti memiliki nafsu padaku.

Aku sedikit berlari, berharap kasir itu melayaniku dengan cepat. Ketika aku berlari kecil, dadaku memantul tak terkontrol. Payudaraku ini terasa sangat aneh, sensitif dan membuatku malu.

Ketika aku mencapai konter. AKu mencari dildo dan penjaga toko melihatku sambil tersenyum "Kau sudah sanat nafsu ya sampai lari lari seperti itu?"

"Apa?" Kataku

"Kau sudah tak sabar untuk memasukkan dildo ke dalam vagina mu kan? Kau tau, kau tidak perlu membeli penis tiruan, aku bisa memberimu yang asli." Katanya sambil menggodaku.

Aku tidak mempedulikannya. Deretan dildo dipajang di etalase di dekat kasir. Aku harus meminta pada kasir jika ingin membelinya.

Aku sungguh ingin mati saja saat itu. Tetapi aku harus melewati semua ini jika ingin penisku selamat. Aku terus berusaha meyakinkan diriku "Setidaknya penjaga toko itu tidak mengenaliku" Pikirku.

"Aku ingin majalah ini dan dildo" Kataku sambil sedikit berbisik

"Maaf, Aku tidak dapat mendengarmu" Kata penjaga toko

Dengan emosi, aku membentak "Aku ingin membeli majalah playgirl ini dan satu dildo" Aku dapat merasakan seluruh mata lelaki melihat ke arahku

"Dildo yang mana?" Katanya

"Yang paling besar," Kataku sambil sedikit menunduk malu.

Kemudian aku membayar dan berjalan secepat mungkin meninggalkan toko tersebut dan masuk ke mobil.

Kamis, 09 November 2017

Berawal dari istriku, kemudian diriku (part 3)

"Siapa? Aku?" Tanyaku.

Steve memukul perutku. "Mulai sekarang, turuti perintahku tanpa banyak omong, mengerti?"

Aku mengangguk. Ini gila. Tetapi memakai celana dalam sarah jauh lebih baik dibanding harus merasakan pukulan lagi. Meskipun sekarang aku benar benar kehilangan segala kehormatanku sebagai laki-laki. Diriku yang dulu tidak akan pernah memakai celana dalam wanita. Aku memakai celana dalam bermotif bunga itu, aku merasa lucu dan wajahku memerah.

"Pakai bra nya dan juga seragam maid itu," Kata Steve.

Kali ini aku menurutinya tanpa berkata apapun. Menggunakan dan mempermalukan istriku tidaklah cukup bagi bajingan ini, mereka ingin mempermalukanku juga. Aku sangat marah kali ini. Aku mulai memikirkan berbagai cara untuk mengakhiri semua ini dan cara menghubungi polisi.

"Terlihat ada yang aneh" Kata steve "Tidak ada payudaranya, kita perlu melakukan sesuatu dengan dadanya nanti"

Aku tidak mengerti apa yang dia maksud, tetapi aku tidak berani bertanya apa-apa. Aku akan berakting seolah aku sudah menyerah, ketika mereka lengah, aku akan kabur dan balas dendam. Ya itu rencanaku.

"Pakai high heels itu."

Lagi-lagi aku hanya bisa menuruti perintahnya. Aku memakai high heels itu dan membuatku sulit berdiri. Melihatku kesulitan, Sarah membantuku untuk berjalan dan mengajariku cara beradaptasi dengan sepatu sialan ini. Dengan bantuan Sarah, aku menjadi cepat terbiasa dengan sepatu ini. Mereka terlihat terhibur. Istriku kemudian mengajariku gerakan-gerakan yang feminim. Aku merasa sangat malu dan marah sekaligus. Steve memerintahku untuk memperhatikan dan mempraktekkan semua yang diajarkan oleh Sarah atau dia akan memukuliku lagi. Aku menurut. Setelah beberapa jam mempraktekkan gerakan-gerakan feminim, Steve berkata kalau aku melakukannya dengan baik. Aku merasa lega.

"Sekarang perbaiki wajah pelacur ini" Steve memerintah istriku. Lalu sarah menuntunku ke meja rias dan merapikan alisku. Hal ini membuatku khawatir, karena ini permanen dan akan sulit disembunyikan nantinya. Tetapi ada dua pria besar di belakangku sehingga aku hanya bisa pasrah. Sarah mengajariku untuk memakai make up. Aku memakai foundation, lalu mascara, lipstick dan lainnya sesuai instruksi dari Sarah. Lalu aku mengoleskan cat kuku warna merah ke kuku tangan dan kakiku. Selanjutnya istriku mengatur rambutku yang panjang menjadi lebih feminim.

Steve menyodoriku sebuah dokumen dan memintaku menandatanganinya. Dia berkata kalau dokumen itu adalah kesepakatan kalau dia memiliki kebebasan untuk melakukan apapun padaku. Jika aku menolak menandatanganinya, orang orang itu akan memukuliku lagi, maka aku terpaksa menandatanganinya sebelum itu terjadi. Meskipun dokumen itu resmi, aku hanya perlu menceritakan pada polisi nanti apa yang sebenarnya terjadi.

"Hey jalang, berbaringlah dan bentangkan kakimu." Kata steve pada istriku. dan Sarah menurutinya. "Kau menyebut istrimu pelacur dan wanita jalang. Kini akan kutunjukkan betapa jalangnya istrimu. Kau berdirilah di pojok sana dan lihatlah istrimu baik baik"

Ketiga pria itu lalu melakukan gangbang pada istriku. Sarah terlihat sangan menikmatinya. Dia tidak pernah mendesah seperti itu ketika berhubungan seks denganku. Dan aku hanya berdiri disini memakai pakaian maid dan high heels melihatnya diperkosa tiga laki-laki tanpa dapat melawan sedikitpun, aku benar-benar banci.

Setelah mereka meng gangbang istriku, salah satu pria itu keluar ruangan dan mengambil wadah. wadah itu berisi sesuatu berwarna putih di dalamnya. Dia memberikan wadah itu pada sarah lalu meletakkannya di lantai. Sarah terlihat seperti akan pipis ke wadah itu. Tetapi ternyata bukan urin yang keluar, tetapi sperma tiga laki laki itu yang perlahan menetes dari vagina nya ke wadah itu. Setelah selesai, salah satu pria itu menutupnya dan membawanya kembali keluar ruangan.

Steve berkata, "Semoga kau menikmati pertunjukannya." Kemudian steve terlihat berbisik pada mereka.

"Ayo," kata Steve. Lalu kedua orang berotot itu memegangku dan menarikku keluar ruangan. Kemudian mereka menyeretku ke pintu depan. Kukira mereka akan mengusirku.

"Mana pakaianku?" Kataku.

Mereka tidak mempedulikan omonganku dan terus menyeretku keluar rumah.

'Setidaknya aku akan bebas, dan aku akan menuju kantor polisi' Pikirku 'Tidak, aku harus ganti baju dulu baru menemui polisi'

Tetapi ketika diluar rumah, mereka tetap tidak melepaskanku. Dan mereka menyeretku masuk kedalam van di depan rumah. Beberapa menit kemudian, steve keluar dengan istriku. Dia duduk di depan kemudi, dan istriku di sebelahnya. Dia memakai minidress. Dia berkata pada teman temannya kalau janji sudah dibuat di klinik.

Perkataan steve membuatku takut. Apa maksudnya dengan klinik? Aku ingin protes tetapi perutku masih sakit karena pukulan. Mobilnya sudah berjalan sekitar satu mil lalu berhenti di depan bangunan warna putih. Kedua pria tadi menyeretku lagi memasuki gedung itu. Steve mengikuti dibelakangku dengan menggandeng sarah seperti sepasang kekasih.

Alat-alat di dalam gedung itu seperti di rumah sakit kecil. Aku melihat banyak alat alat operasi dan alat alat yang bisa digunakan untuk menyiksaku. Aku berlutut dan memohon "Steve, kumohon biarkan aku pergi, aku akan melakukan apapun"

seorang pria dengan pakaian putih datang dari ruang sebelah dan berkata "Tidak bisakah kalian diam?"

Steve berkata padaku "Diamlah, tidak akan sesuatu yang buruk terjadi padamu"

"Jadi ini pasiennya?" kata orang dengan pakaian putih tadi, "Lepaskan bajumu."

Aku menurutinya dengan senang hati. Bagiku lebih baik telanjang dibanding harus memakai pakaian wanita.

"Berbaringlah telungkup di kasur" Kata pria itu.

Sebelum aku bergerak, dua pria kekar itu mengangkatku dan meletakkanku di kasur dan menahanku. Aku telungkup dan tidak dapat melihat apa-apa. Aku memohon lagi agar mereka tidak menyiksaku. Kemudian aku merasakan suntikan di pantatku dan berangsur-angsur aku kehilangan kesadaranku. Awalnya aku lega karena mereka tidak akan menyiksaku, tetapi kemudian aku takut, apa yang akan mereka lakukan padaku? Sejujurnya aku takut diperkosa, lalu kesadaranku mulai hilang dan aku tidur nyenyak.

Ketika aku terbangun, aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa di dadaku, rasanya lebih berat dari biasanya. AKu melihat ke bawah dan melihat dadaku yang besar! Aku kaget, mereka memberi payudara padaku! Yang lebih parah, dadaku sekarang lebih besar daripada istriku! Aku tidak tau lagi harus berbuat apa. Aku hanya menutup mataku dan berharap semua ini hanya mimpi. Tetapi ketika aku membuka mataku lagi, tidak ada yang berubah, masih ada payudara besar di dadaku. Akhirnya aku menggerakkan tanganku untuk meraba gundukan daging di dadaku ini, aku terkejut merasakan betapa sensitifnya dadaku sekarang. Puting di dadaku langsung mengeras setelah kusentuh. Aku makin frustasi.

Kemudian aku menyadari hal lain. Suaraku berubah! Suaraku sekarang menjadi lebih tinggi dan feminim layaknya seorang perempuan. Aku langsung menggerakkan tanganku dan menutup mulutku, aku makin kaget ketika menyentuh bibirku dan merasakan kalau bibirku sekarang menjadi lebih berisi.

"Bibirmu sekarang sudah berbentuk sempurna untuk menghisap penis," Kata Steve sambil berjalan memasuki ruanganku.

"Kau berengsek," Kataku dengan suara baruku. Rasa takut muncul di pikiranku. Apa lagi yang mereka lakukan padaku? Lalu satu hal yang langsung kupikirkan, aku langsung memegang selangkanganku. Aku sedikit tenang merasakan penis dan testisku masih seperti semula. Setidaknya payudara ini masih bisa dihilangkan dengan operasi. Tapi aku tidak yakin dapat mengembalikan penis seperti semula jika sudah dipotong habis.

"Kau akan segera pulih dalam seminggu," Kata steve. "Dokter memberimu payudara, dan mengencangkan pantatmu menjadi lebih seksi, mengubah nada suaramu dan sedikit perubahan pada wajahmu menjadi lebih feminim." "Ditambah lagi ada dua kapsul khusus yang diletakkan di dalam tubuhmu untuk memproduksi hormon perempuan dalam skala besar seumur hidupmu."

Aku takut.

"Aku tau apa yang kau pikirkan sekarang," Kata steve lagi. "Bagaimana aku membayar semua ini?" "Jangan takut, aku meminjamkan semua biayanya" "Kau akan segera membayarnya setelah rumahmu terjual, karena kau tidak membutuhkannya lagi." "Kau dan istrimu akan menjadi mainan bagi kelompokku dan akan hidup seterusnya di markas kami." "Menyenangkan bukan?"

Segala ucapan yang keluar dari mulutnya membuatku takut, aku tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis.

Dua pria berotot dan Sarah istriku datang memasuki ruanganku. Salah satu pria itu mendekatiku dan memukulku.

"Berterimakasihlah," Kata Steve
"Apa?" Kataku
"Berterimakasihlah padaku karena telah memberimu kehidupan yang baru, atau kau mau mendapat sedikit hukuman lagi?"

Aku terpaksa mengatakan terimakasih atas apa yang telah mereka lakukan padaku/

"Ngomong-ngomong, aku masih mengijinkanmu memiliki testis dan penis kecilmu itu untuk sekarang," Kata Steve,  "Tetapi jika kau tidak menuruti apa yang kuperintahkan, maka kau akan kembali ke klinik ini, mengerti?"

Aku hanya mengangguk dengan ketakutan.

Istriku membantuku bangkit dari kasur. Aku sangat lemas. TUbuh baruku terasa aneh bagiku. Sarah menuntunku ke kamar mandi dan memintaku untuk berendam. Aku menyadari bahwa tidak ada lagi rambut di badanku, mungkin efek dari hormon yang mereka berikan. Setelah selesai, istriku memintaku untuk memakai sepasang bra dan celana dalam merah muda dan aku hanya bisa menurut tanpa mengeluh. Kemudian aku diminta untuk memakai make up. Aku memakai make up tanpa dibantu. Akhirnya istriku merapikan rambutku. Flash back ke beberapa bulan yang lalu, aku memiliki istri dan pekerjaan terhebat di dunia. Tetapi sekarang...

Kamis, 02 November 2017

Berawal dari istriku, kemudian diriku (part 2)

"Apa itu Bill dengan John?," Kata pria itu.

Aku mendorong istriku kesamping dengan kasar dan menghampiri pria itu.

"Apa yang kau lakukan pada istriku, brengsek!" Aku berteriak, lalu aku berlari mendekatinya dan aku sudah ancang ancang untuk memukulnya. Ketika aku berhadapan dengannya, dia hanya menatapku dengan senyum lalu memukul perutku dengan kuat. Aku langsung terjatuh.

"Bangunlah pecundang," Kata orang itu.

Aku bangun tetapi tidak bisa apa-apa. Aku takut. Aku tidak dapat bergerak. Dia memegang kerah bajuku dan berkata, "Aku telah menyetubuhi istimu, mau apa kau?"

Rasanya aku ingin berkata, "Aku akan membunuhmu." Tapi mulutku seperti membisu. Aku menatapnya dengan penuh rasa takut. Aku tidak tau kenapa tetapi aku hanya berdiri seperti seorang pecundang. Seharusnya aku melawan. Saat itu yang terlintas dikepalaku adalah memori saat masa kecilku dimana aku tidak bisa melawan anak anak nakal yang bertubuh besar. Tetapi ini berbeda, tubuhnya tidak lebih besar dariku, tetapi rasa trauma ini membuatku menjadi lemah. Ingatanku dulu ketika diganggu oleh anak nakal, aku hanya bisa berharap mendapat ampunan, meskipun kemudian ayahku mendidikku menjadi lebih tangguh. Aku tidak pernah lagi menangis, setidaknya hingga hari ini.

Orang itu menertawakanku. "Kau mau apa hah?" dia bertanya. Karena aku tidak menjawab, maka dia kembali tertawa "Sudah kuduga." Bukannya mengampuniku karena kasihan, dia malah kembali memukulku hingga aku pingsan.

Ketika aku terbangun, aku mendapati tubuhku terikat di kursi. Aku telanjang dan kakiku terlentang, kedua kakiku terikat dengan kaki depan kursi yang kududuki. Perutku terikat dengan kursi dan tanganku terikat dibelakang. Istriku berdiri disampingku mengenakan pakaian maid yang tadi. Pria yang memukulku juga ada di ruangan menatapku, tapi kini dia tidak sendiri, ada dua pria dengan tubuh lebih besar dan kekar di sampingnya.

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya. "Dimana pakaianku?" Aku malu karena mereka melihat penisku yang kecil, tetapi rasa maluku tidak lebih besar dibanding rasa takutku. "Apa yang akan kalian lakukan padaku?"

"Jadi ini suami si pelacur itu?" kata salah satu pria yang berbadan kekar. "Apa dia membuat masalah, Steve?"

"Tidak, dia banci, dia bahkan tidak melawan sama sekali," Jawab pria yang membuatku pingsan.

Lalu semua pria itu tertawa.

"Kumohon lepaskan aku," Kataku. Aku harus memberi tawaran. Tetapi aku tidak memiliki apapun untuk ditawarkan. Pria yang paling kecil membuatku pingsan dan kini bertambah dua orang yang jauh lebih kekar. Selain itu aku terikat di kursi. Aku benar benar tak berdaya seperti seorang bayi. Telanjang seperti bayi. Kenapa aku ditelanjangi? Apa mereka akan memerkosaku? Aku tidak tahu seberapa mesumnya pria-pria itu. Aku memohon kembali "Kumohon." "Aku tidak akan menyebabkan masalah lagi" Aku tau kalau istriku sedang melihatku. Aku benar-benar dipermalukan didepannya. Bagaimana aku bisa menatap matanya lagi? Apa dia masih menganggapku sebagai laki-laki? Aku berusaha sok tegar. "Dengarkan aku berengsek, lepaskan aku dan aku tidak akan melakukan apapun pada kalian."

Pria berotot yang dari tadi diam bergerak mendekatiku dan menendang perutku. Aku tidak dapat bernafas. Air mataku keluar. Aku berusaha keras agar tidak menangis, tetapi salah satu dari mereka menyadari air mataku.

"Benarkan kataku, dia banci," Kata si pria kecil yang namanya Steve sambil tertawa.

Pria berotot tadi menendang perutku lagi. Dia bahkan tidak memberiku waktu untuk bernafas. saat itu istriku hanya bisa berdiri seperti patung. Dia bahkan tidak membujuk pria-pria itu untuk membiarkanku pergi. Karena aku kesulitan bernafas, yang dapat kukatakan hanyalah "stop."

"Lalu bagaimana?" Kata steve.

"Kumohon." kataku. Meskipun rasa maluku sangat besar, rasa takutku jauh lebih besar. Istriku melihatku dengan tatapan yang seolah merasa jijik. Beraninya dia. Ini semua salahnya. Dia tau kalau aku bukan tandingan mereka. Apa yang harus kulakukan?

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku menyuruh temanku ini berhenti menendangmu?" Tanya Steve.

Aku memutar otak. Aku berusaha untuk memberikan jawaban yang licik dan berani. "Aku akan pergi dari sini dan tidak akan memberitahu polisi." Jawabku

"Kurang memuaskan," kata Steve. Dia menganggukkan kepala memberi kode pada salah satu pria kekar tadi. Dan dia langsung menendangku lagi. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku bahkan sulit bernafas. Seluruh tubuhku merasakan sakit yang luar biasa. Hidupku terancam. Memalukan atau tidak, yang penting aku harus selamat. Setelah aku berusaha mengambil nafas, aku mengangkat kepalaku dan berkata, "Apa yang kau mau dariku?"

Steve tertawa dan membisikkan sesuatu ke teman-temannya dan kepada istriku. "Katakan pada semuanya betapa bancinya dirimu," katanya. Aku tidak mau, aku tidak bisa melakukannya. Sepanjang hidupku aku menjauhi perilaku banci dan sekarang bajingan ini menyuruhku berkata kalau aku banci. Steve menganggukkan kepalanya lagi memberi kode untuk memukulku. Aku ketakutan. Tanpa berpikir panjang aku berkata, "Aku banci."

Semua orang tertawa, bahkan Sarah juga tertawa. Meskipun aku mencoba mengatur emosiku, aku tetap tidak dapat menahan tangis. Steve terlihat puas dengan yang telah kulakukan. Dia meminta istriku untuk melepakan ikatanku. Setidaknya mimpi buruk ini sudah berakhir. Mereka akan melepaskanku.

Setelah istriku melepas ikatanku, aku mencari pakaianku. Pakaian dalamku, bajuku, dan celana jeans ku berada di dekat kasur di ruangan itu. Aku berjalan ke arah pakaianku, tetapi salah satu pria tadi menghentikanku. Aku menatap Steve dengan heran. "Sudah kukatakan kalau aku tidak akan berulah," Kataku.

"Kau perlu mendapat hukuman karena sifat bancimu itu," kata Steve

Steve menghadap ke Sarah dan berkata, "Bersiaplah untuk mencukur banci ini, sisakan rambut di kepalanya dan alisnya saja." Sarah berjalan keluar kamar. Aku kebingungan. Merasakan tubuhku terikat telanjang di kursi saja sudah cukup aneh. Tetapi ini jauh lebih aneh. Apa yang bajingan ini inginkan dariku? Aku berusaha mengambil bajuku lagi, tetapi pria kekar itu dengan mudah mendorongku.

"Kumohon," Aku berkata sambil ketakutan. "Biarkan aku pergi." "Kau bisa ambil istriku." Dua pria berotot itu memegang kedua tanganku. Aku terjebak. Rasa takut yang sekarang kurasakan adalah yang paling parah seumur hidupku. Seluruh tubuhku terasa lemas. Sambil tersedu, aku bertanya "Apa yang kalian rencanakan padaku?" Tetapi tidak ada yang menjawab.

Istriku muncul kembali, kini dia membawa alat pencukur rambut, krim pencukur, sebaskom air dan handuk. Dia melangkah mendekatiku. Aku mencoba menghindar, tetapi dua pria berotot ini menahanku. Aku memohon pada istriku, tetapi dia tidak peduli dan tetap mendekatiku dengan alat cukur dan krim pencukur.

Steve menatap mataku dan berkata, "Jika kau tidak diam, aku akan memotong penis kecilmu itu."

Aku merasa kalau si berengsek ini benar-benar tega untuk melakukannya. Jadi aku hanya bisa mematuhi perintahnya. Kedua pria tadi melepaskanku dan istriku mencukur rambut di wajah dan tubuhku dan aku hanya bisa berdiri pasrah dengan terhina dan ketakutan. Tidak lama kemudian seluruh rambut di tubuhku hilang.

Setelah seluruh rambutku dicukur, Steve berkata "kau bau, mandi sana." Kalimat ini sepertinya lucu bagi pria-pria di ruangan itu, dan mereka pun tidak dapat menahan tawa. Sedangkan aku, tidak tau sama sekali dimana lucunya.

Istriku menarik tanganku dengan lembut dan menuntunku ke kamar mandi. Tiga pria tadi mengikutiku tetapi tidak ikut masuk ke kamar mandi. Sarah pun menutup pintu kamar mandi.

Ini kesempatan pertamaku dapat berdua dengan Sarah. "Kau harus menolongku," Aku berbisik karena takut pria pria tadi mendengar ucapanku.

"Aku tidak bisa," Katanya.

Jawabannya membuatku sangat marah sampai membuatku lupa kalau didepan pintu ada tiga pria yang bisa mendengar omonganku. "Dasar jalang, apa maksudmu tidak dapat membantuku?"

Sarah terlihat malu akan dirinya sendiri tetapi tidak menjawab pertanyaanku. Dia kemudian menyalakan keran untuk mengisi bak mandi.

"Apa saja yang telah kau lakukan dengan si brengsek itu, dasar wanita murahan." "Jawab aku pelacur." Kataku dengan marah.

Dia tidak membalas. Dia memasukkan sabun merah muda kedalam bak mandi dan membuatnya berbusa.

"Sebaiknya kau segera mandi atau mereka akan menghajarmu lebih parah lagi," Katanya.

Aku jadi takut lagi. Aku tau mereka bisa saja membunuhku atau melakukan hal yang lebih buruk, jadi aku masuk ke dalam bak mandi dan mulai menggosok tubuhku dengan air yang sudah berbusa ini. Aroma sabunnya sangat manis.

"Kukira kau bekerja di kantor," Aku berkata dengan lirih.

"Memang," jawabnya dengan lirih juga. "Aku mencoba lowongan pekerjaan sebagai sekretaris." "Ketika aku wawancara, Steve menanyakan pengalamanku." "Ya kujawab kalau aku adalah ibu rumah tangga dan tidak memiliki pengalaman apapun sebagai sekretaris." "Dia kemudian menatap tubuhku dan bertanya tentang pengalaman seksualku." "Aku dibodohi, tetapi kita butuh uang, jadi kujawab kalau kau adalah satu-satunya pria yang pernah tidur denganku." "Dia tersenyum dan menerimaku menjadi sekretaris." "Awalnya pekerjaanku seperti sekretaris pada umumnya." "Tetapi lama kelamaan, Steve menyuruhku memakai pakaian yang seksi saat bekerja." "Karena saat itu kita butuh uang, jadi aku menerima saja." "Kemudian dia mulai mengajakku untuk berjalan-jalan di akhir pekan bersamanya." "Aku setuju, kau tau kita butuh uang." "Pada satu ketika saat perjalanan dia menggodaku." "Awalnya hanya belaian lalu mulai mencium dan akhirnya kami bercinta."

"Dasar pelacur," Kataku, "Jika aku berhasil keluar dari rumah ini, aku akan segera menceraikanmu" Aku mulai menangis lagi setelah Sarah selesai menceritakan pengalamannya.

"Awalnya aku juga tidak menyukainya. tetapi dia jauh lebih besar daripada milikmu, dan dia tau cara melakukan yang terbaik." "Kaulah satu-satunya pria sebelum dirinya." "Suatu hari aku melakukan kesalahan dengan mengatakan betapa nikmatnya berhubungan seksual dengannya dan betapa kusuka melakukannya." "Inilah awal mulanya aku dipermalukan dan dipaksa bercinta dengan pria lain." " Sepertinya Steve merupakan bagian dari sebuah perkumpulan yang sering mengubah wanita baik-baik menjadi pelacur jalang."

"Kau menuruti semua perintah mereka, dasar pelacur kotor"

Sarah menutup matanya dan memperlihatkan ekspresi nafsu yang tidak pernah kulihat sebelumnya. "Rasanya sungguh nikmat," katanya, "Ini aneh, tetapi aku menikmati jadi perempuan yang tunduk." "Sekarang aku menuruti apapun yang diperintahkan oleh Steve." "Ketika aku bercerita padanya kalau kau mulai impoten, Steve menyuruhku untuk memintamu bercinta lalu mengejekmu."

Aku tidak percaya kalau istriku sendiri telah menghianatiku. Aku bahkan tidak bisa berkata-kata merespon ceritanya.

"Apa yang membuat kalian berdua sangat lama?" Kata Steve dari luar kamar mandi.

"Cepatlah," kata Sarah. Dia memberiku handuk. Lalu aku mengeringkan tubuhku dan terkejut betapa lembut dan mulusnya kulitku sekarang tanpa rambut sehelaipun.

Steve membuka pintu kamar mandi. "Ayolah, kenapa lama sekali." "Keluar sekarang juga."

Kita segera melakukan apa yang dia perintahkan. Steve menanyakan istriku apa yang baru saja terjadi didalam. Dan aku terkejut saat Sarah benar-benar menceritakan semuanya.

"Banci ini memanggilmu apa tadi?" tanya Steve.

"Dia menyebutku pelacur dan jalang," kata Sarah.

"Oh benarkah," Steve tersenyum. "Kalian berdua masuklah ke kamar."

Aku tidak punya lagi kekuatan untuk melawan. Istriku telah benar-benar menghianatiku. Rasanya seperti sudah tidak ada lagi hal yang lebih buruk dari ini. Tetapi aku salah.

Kami menuju kamar seperti yang diperintahkan, dan Steve bersama dua pria berotot tadi mengikuti kami. Tanpa melihat apapun, Steve menyuruh istriku melepas semua bajunya. Diapun menurutinya dan melepaskan semua pakaian maid yang dia pakai dan kemudian melepas celana dalam bermotif bunga, bra dan high heels yang dia kenakan juga. Karena ketakutan, aku tidak berkata dan melakukan apapun.

"Pakai celana dalam itu banci," Kata Steve.